Internet tuh makin kesini makin canggih. Dulu kita hanya bisa baca-baca doang di website, terus mulai bisa update status dan upload foto, dan sekarang kita sudah memasuki era baru yang katanya “desentralisasi” alias Web3. Tapi kamu udah tau belum apa itu Web3? Dan perbedaannya dengan Web1 dan Web2 sebelumnya?

Nah, disini aku bakal bahas perbedaan dari ketiga generasi internet ini. Buat kamu yang masih bingung atau baru dengar soal Web3, tenang aja bakal kita kupas bareng-bareng disini. Yuk kita bahas!

Jangan cuma baca, yuk terjun langsung bareng komunitasnya di sini!

Apa Itu Web3?

image2

Web3 adalah generasi terbaru internet yang dibangun di atas teknologi blockchain. Internet yang lagi kita pakai saat ini masih generasi Web2, yang artinya generasi internet ini masih dikuasai oleh perusahan-perusahan yang menyimpan data kita, mengatur platform, dan mengambil keuntungan dari aktivitas yang kita lakukan. Contoh Web2 itu seperti Instagram, Twitter, TikTok, dll. Kenapa bisa dibilang Web2? Ya, karena mereka yang memegang kuasa. Itulah mengapa Web3 hadir untuk mengubah itu, jadi Web3 memberikan kendali sepenuhnya kepada penggunanya sendiri.

Dalam Web3, kamu bisa terhubung ke berbagai aplikasi tanpa harus membuat akun atau menyerahkan data pribadimu. Misalnya, kamu cukup menghubungkan wallet seperti MetaMask, Phantom, dll untuk mengakses berbagai layanan tanpa perlu email, password, atau verifikasi pihak ketiga. Di sinilah konsep desentralisasi berperan, jadi tidak ada satu entitas yang memegang kendali penuh.

Hal menarik lainnya dari Web3 adalah hadirnya smart contract, sebuah kode yang bisa berjalan otomatis tanpa perlu perantara. Nah, ini bikin aplikasi Web3 bisa beroperasi secara mandiri, tanpa dikendalikan oleh server pusat. Web3 adalah cara untuk membangun internet yang lebih terbuka dan adil, di mana pengguna nggak cuma jadi “produk” saja, tapi bisa ikut memiliki dan mengatur platform yang mereka gunakan.

Singkatnya, Web3 adalah upaya untuk menciptakan internet yang lebih adil dan terbuka, di mana kamu sebagai pengguna nggak cuma jadi “produk” saja, tapi punya peran dan kendali nyata di dalamnya juga.

Baca juga: Penasaran Apa Itu Blockchain? Begini Cara Kerjanya!

Perbedaan Web1, Web2, dan Web3

image3

Setelah tahu apa itu Web3, sekarang kita coba balik sebentar ke belakang buat melihat gimana sebenarnya perjalan internet sampai bisa nyampe ke titik ini. Penting juga buat kalian untuk memahami Web1 dan Web2, biar makin paham dan mendalami tentang Web3.

Web1: Internet Baca Doang

Era Web1, sekitar tahun 1990-an sampai awal 2000-an adalah fase paling awal dari internet. Situs-situsnya statis, tampilannya sederhana, dan kita sebagai pengguna cuma bisa baca-baca doang. Waktu itu belum ada fitur interaktif, gak bisa komen, dan gak ada akun juga. Contoh Web1 itu kayak website-website sekolah zaman dulu, jadi cuma berisi informasi aja.

Biasanya konten-konten di Web1 itu cuma bisa dibuat oleh segelintir pihak saja, dan kita cuma jadi pembaca doang. Web1 itu fokusnya pada penyajian informasi secara satu arah. Saat itu sih Web nya masih sepi banget, tapi disinilah awal mula perkembangan internet selanjutnya.

Web2: Internet Interaktif dan Sosial

Mulai sekitar 2005, kita udah masuk ke era Web2. Ini adalah zaman dimana internet jadi makin interaktif. Munculnya media sosial, blog, marketplace, dan platform seperti YouTube, Facebook, dan Twitter bikin kita sebagai pengguna bisa membuat konten sendiri. Web2 adalah era dimana pengguna jadi pusat dari pertumbuhan internet. Tapi, data pengguna dikontrol oleh perusahaan.

Kamu masih tetap bisa nulis, upload, komen, follow, dll. Tapi yang memegang kontrol tetap ada di tangan platform/perusahaan tersebut. Jadi, mereka bisa hapus konten mu, batasi akun, dan bisa aja pakai data kamu buat kepentingan bisnis mereka.

Web3: Internet Milik Bersama

Nah, sekarang kita masuk ke era Web3 tempat dimana kita gak cuma baca dan nulis doang, tapi kita punya hak milik dalam platform tersebut. Web3 dibangun di atas blockchain yang sifatnya desentralisasi, artinya gak ada satu pihak yang pegang kontrol. Jadi, Web3 memungkinkan penggunanya punya kendali atas data pribadi, berinteraksi langsung tanpa perantara, dan ikut memiliki platform lewat token atau NFT.
Kamu bisa dapat reward dari kontribusi kamu, dan punya akses data yang lebih transaparan di Web3. Memang Web3 memberi kebebasan digital yang lebih luas, dimana pengguna punya peran aktif dalam sebuah ekosistem dan pengembangan.

Baca juga: Apa Itu Cryptocurrency dan Apa Bedanya dengan Mata Uang Biasa?

Biar makin jelas, cek tabel di bawah ini:

Aspek Web1 Web2 Web3
Tahun 1990-2005 2005-sekarang sedang berkembang
Ciri-ciri Bisa baca aja Baca + Nulis Baca + Nulis + Hak milik
Peran pengguna Penonton pasif Kreator aktif Kreator + Pemilik
Interaksi Minim Sosial dan terhubung Terdesentralisasi
Kontrol data Tidak relevan Dikuasai platform Dipegang oleh pengguna sendiri
Teknologi HTML statis Cloud, database, API Blockchain, smart contract
Contoh platform GeoCities, Yahoo Facebook, YouTube, Tokopedia Ethereum, Uniswap, MetaMask

Jadi, Web1 ngajarin kita baca, Web2 ngajarin kita nulis dan bikin konten, dan Web3 ngajarin kita buat punya bagian dari internet itu sendiri. Perjalanan panjang yang semakin mendekatkan internet ke tangan penggunanya, bukan hanya ke perusahaan besar. Memang Web3 masih berkembang, tapi inilah masa depan internet yang lagi kita bangun bareng-bareng sekarang.